Dompet yang Hilang di Xiaobei
Seminggu yang lalu aku pergi ke Xiaobei buat beli daging halal. Suamiku mengantar hanya sampai Tiaojin karena dia ada janji dengan Ali Somalia. Jadilah hari itu aku solo shopping, Ekkekeeee. Xiaobei ini dalam bahasa Inggrisnya biasa disebut little Africa. Disebut demikian karena memang banyak orang Afrika dan orang-orang muslim dari daerah lain ngumpul di situ untuk melakukan transaksi perdagangan. Ada yang dagang daging halal, baju muslim, perlengkapan dapur, dan berbagai masakan halal. Daerah ini juga cocok buat wisata kuliner karena banyaknya restoran muslim Hui, Lanzhou, Xinjiang, Henan, Arab, Turki, dan Kanton halal yang berjejer. Membeli daging halal di sini pun jauh lebih murah dibandingkan membeli di dekat tempat tinggal kami di university city.
Di Xiaobei, aku tidak hanya membeli daging tapi juga tebu dua lonjor. Haha jangan tanya mengapa, memanglah aku ni fans beratnya tebu. Saking ngefansnya, dulu aku bisa menghabiskan 1 bongkok tebu bareng tiga temen mbolang hanya dalam beberapa jam. Ekkekee.
Setelah puas membeli daging sapi, ayam kampung, dan tebu memakai duit cash (biasanya cuma pakai scan wechat), aku pun pulang dengan riang. Setibanya di rumah, saat membuka tas ransel dan ngeluarin belanjaan, aku sempet mbatin, "Eh koq dompetku ndak ada ya, haha palingan masih di lemari." Si ayam kampung yang dikeluarinpun kubikin ungkep, dan si daging kubikin bakso.
Esoknya, di grup pengajian, ada poto, ktp, dan kartu mahasiswaku yang dipajang Mba Dian bersama pengumuman "ada dompet ditemukan di Xiaobei." "Loh, loh dapa ini," seketika pengen ngakak. Ngakak karena yang paling kukekepin tu sebenernya payung (karena beberapa kali ketinggalan dan dibalikin orang lokal). Eh ternyata yang ketinggalan kali ini adalah dompet. Yak, nampaknya penyakit genetik ini susah sembuhnya. Haha.
Dompet berisi ktp, kartu-kartu, dan duit receh tersebut rupanya ketinggalan saat aku membeli daging di Xiaobei, dan bapak pemilik toko dagingnya sampai jauh-jauh mengantarkannya ke KJRI. Wah, baik sekalii huhu terharu aku tu.
Kemarin aku dan suami berkesempatan untuk ke Xiaobei lagi bareng-bareng Mba Dian dan suaminya buat belanja kebutuhan puasa, sembari berterima kasih pada bapak pemilik toko daging. Toko dagingnya ini letaknya di sebelah kiri jalan sebelah apotik. Saat itu, Bapak pemiliknya sedang keluar, sehingga kami cuma bertemu dengan isterinya. Akhirnya, kamipun berterima kasih melalui isterinya. "Xie xie nin...😍" Dijawabnya "Bu ke qi," sambil geleng-geleng, seolah berkata tidak perlu berterima kasih..
Beberapa restoran di sepanjang jalan Xiaobei. Yang paling enak sebenernya restoran hadramaut kalau masakan middle eastern, dan restoran deket lampu merah simenkaw kalau masakan Kantonese. |
Di Xiaobei, aku tidak hanya membeli daging tapi juga tebu dua lonjor. Haha jangan tanya mengapa, memanglah aku ni fans beratnya tebu. Saking ngefansnya, dulu aku bisa menghabiskan 1 bongkok tebu bareng tiga temen mbolang hanya dalam beberapa jam. Ekkekee.
Setelah puas membeli daging sapi, ayam kampung, dan tebu memakai duit cash (biasanya cuma pakai scan wechat), aku pun pulang dengan riang. Setibanya di rumah, saat membuka tas ransel dan ngeluarin belanjaan, aku sempet mbatin, "Eh koq dompetku ndak ada ya, haha palingan masih di lemari." Si ayam kampung yang dikeluarinpun kubikin ungkep, dan si daging kubikin bakso.
Esoknya, di grup pengajian, ada poto, ktp, dan kartu mahasiswaku yang dipajang Mba Dian bersama pengumuman "ada dompet ditemukan di Xiaobei." "Loh, loh dapa ini," seketika pengen ngakak. Ngakak karena yang paling kukekepin tu sebenernya payung (karena beberapa kali ketinggalan dan dibalikin orang lokal). Eh ternyata yang ketinggalan kali ini adalah dompet. Yak, nampaknya penyakit genetik ini susah sembuhnya. Haha.
Dompet berisi ktp, kartu-kartu, dan duit receh tersebut rupanya ketinggalan saat aku membeli daging di Xiaobei, dan bapak pemilik toko dagingnya sampai jauh-jauh mengantarkannya ke KJRI. Wah, baik sekalii huhu terharu aku tu.
Kemarin aku dan suami berkesempatan untuk ke Xiaobei lagi bareng-bareng Mba Dian dan suaminya buat belanja kebutuhan puasa, sembari berterima kasih pada bapak pemilik toko daging. Toko dagingnya ini letaknya di sebelah kiri jalan sebelah apotik. Saat itu, Bapak pemiliknya sedang keluar, sehingga kami cuma bertemu dengan isterinya. Akhirnya, kamipun berterima kasih melalui isterinya. "Xie xie nin...😍" Dijawabnya "Bu ke qi," sambil geleng-geleng, seolah berkata tidak perlu berterima kasih..
Komentar
Posting Komentar